Pulau Surgawi yang Krisis Air Bersih
Mei 19, 2021

Kemarau adalah Malapateka di Beberapa Wilayah Pulau Surga Indonesia

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPD) Provinsi Bali, di tahun 2019,  21 desa di Bali utamanya di daerah Buleleng dan Karangasem mengalami krisis air akibat musim kemarau berkepanjangan. Selain itu oleh riset yang dilakukan Yayasan Idep Selaras Alam mengonfirmasi bahwasannya Bali memang mengalami penurunan kualitas dan kuantitas air bersih karena tiga faktor diantaranya: penurunan muka air tanah, polusi air permukaan, dan adanya intrusi air laut ke lapisan bawah tanah yang mengalirkan air atau familiar dengan sebutan lapisan akuifer.

10 tahun terakhir Bali mengalami penurunan muka air tanah mencapai lebih dari 50 meter. Untuk mendapatkan air bersih menjadi suatu kesulitan sehingga harus melakukan eksplorasi pengeboran air tanah lebih jauh. Hal ini ditambah juga dengan kekeringan dan tercemarnya sumur dan berbagai sumber air. Kondisi ini terjadi akibat eksploitasi pengambilan air tanah yang tidak seimbang dengan kecepatan untuk pengisiannya kembali sementara kebutuhan air begitu mendesak. 

Pariwisata di Bali Penyumbang Terbesar Krisis Air

Dikenal sebagai penyumbang aset devisa terbesar di Indonesia, Bali diminati wisatawan karena keindahan alam dan budayanya. Sayangnya, dibalik keelokannya, Bali banyak merelakan daerahnya untuk pembangunan berbagai bangunan tinggi seperti akomodasi hotel, restoran, kafe, mall yang harus merelakan daerah resapan air di Bali menjadi semakin menipis. Alhasil, pengisian air tanah menjadi terhambat padahal tuntutan akan air selalu meningkat sejalan dengan makin ramainya penduduk di Bali. Lebih buruknya adalah banjir yang terjadi di tahun 2018 sangat memprihatinkan bahkan hingga 117 kali.

Pencemaran air tanah ikut menjadi salah satu problematika tanpa akhir yang berdampak pada kualitas air tanah harus melalui proses lebih lanjut agar tetap dapat layak minum. Contoh nyatanya adalah sungai Pakerisan dan Ayung yang telah turun tingkat dalam hal status kelayakan. Sebelumnya mereka menyandang kelas II mengindikasikan status layak untuk olahraga air. Kini mereka harus turun tingkat dengan kualitas air yang layak hanya untuk tujuan pertanian.

Sumber Daya Berlimpah Yang Mahal: Membeli Air Demi Bertahan Hidup

Sistem irigasi tradisional di Bali, Subak telah tersohor seantero Indonesia. Meski demikian, komunitas petani di Bali juga harus menelan ludah karena debet air yang menurun. Krisis air menyebabkan sistem Subak tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Parahnya, tahukah Anda bahwa kekeringan yang melanda di Bali pada kemarau tahun 2019 kemarin menyebabkan banyak warga berbondong-bondong membeli air? Dengan kenyataan bumi yang di dominasi 2/3 air yang berlimpah, karena pemanfaatan air yang masih belum maksimal, warga harus membeli sumber daya dengan harga mahal agar dapat memenuhi akan air sehari-harinya. Faktanya, hanya 3% air yang layak konsumsi dan angka itu terus menurun. Kita harus melakukan sesuatu akan hal ini.

Di Kabupaten Karangasem contohnya di Dusun Munti Gunung Atas, harga air per tangkinya dibandrol sebesar Rp 450 ribu. Meski pemerintah berusaha untuk mensubsidi bantuan air sebanyak 160.000 liter air bersih namun total itu harus dibagi di tiga kecamatan Bali utamanya Karangasem, Abang, dan Kubu. Dan dengan setiap rumah tangga beranggotakan lebih dari 3, tentu saja tidak akan cukup.

Mengapa Pengelolaan Air Limbah Menjadi Salah Satu Solusi

Membangu sumber air seperti sumur resapan berfungsi untuk menangkap air alami dari hujan untuk dialirkan kembali ke tanah agar memiliki cadangan yang tetap terjaga. Mengingat lahan hijau di Bali juga menjadikan ini sebagai salah satu solusi terbaik. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyingkapi hal ini diantaranya:

Sistem yang Ketat untuk Melindungi Daerah Krisis Air

Jangan sampai karena kebutuhan ekonomi dan keinginan individu semata yang haus akan uang menghalalkan berbagai cara justru menjadi senjata makan tuan di kemudian hari. Sejatinya setiap daerah memiliki hak otonomi untuk melindungi aset yang masing-masing mereka miliki. Apalagi di Bali, peranan banjar masih menjadi pertimbangan. Meski di beberapa daerah banjar telah ketat dengan pengaturan yang tegas untuk melarang tanah Bali untuk dikomersilkan secara eksploitatif. Dengan potensi Bali yang banyak dilirik sebagai surganya pariwisata, dan meski hal ini tidak salah namun jika perkembangan pariwisata didirikan tanpa dasar berkelanjutan, Pulau Dewata bukannya tidak mungkin kehilangan banyak kawasan resapan air. Banyaknya lahan hijau yang diambil alih untuk kepentingan ini akan menyebarkan krisis air lebih jauh lagi di Bali.

Pengelolan Air Permukaan seperti Sungai dan Danau

Alternatif untuk memperoleh cadangan sumber air harus segera ditemukan mengingat betapa kritisnya kondisi air di Bali. Pengelolaan air permukaan dapat menjadi solusi untuk atasi kekeringan dan krisis air bersih di Bali. Namun yang masih menjadi PR tentunya menyangkut proses penjernihannya dibandingkan air tanah memang lebih sulit. Ini akan menjadi suatu pencapaian ketika teknologi untuk program ini dapat diwujudkan segera.

Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga dan Industri

Dengan mengolah air limbah kita sebenarnya telah membantu untuk menghindarkan air tanah tercemar. Ketika air buangan rumah tangga maupun industri tidak diolah, materi padat ketika mengurai akan mengikat oksigen dari biota air, apalagi jika terdapat bahan-bahan kimia berbahaya, resiko pencemaran ekosistem sumber air akan memperparah krisis air bersih di waktu mendatang.

Related: Pentingnya Maintenance IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Hemat Air

Kebiasaan-kebiasaan kecil kita di kehidupan sehari-hari juga menentukan kelangsungan air di kemudian hari. Anda mungkin tidak menyadari telah melakukan kebiasaan buruk ini sepanjang hidup Anda. Pelajari sekarang dengan membaca post terkait hal ini dengan mengklik link dibawah.

Related: Hindari Kebiasaan Ini Untuk Konservasi Air di Masa Depan

 

Referensi:

https://mediaindonesia.com/nusantara/244495/bali-hadapi-krisis-air-bersih

https://www.dw.com/id/bali-surga-wisata-yang-kekurangan-air-bersih/a-51499286

https://www.balipost.com/news/2020/09/01/144973/Kemarau-Panjang,Warga-Dari-Tiga…html

Source: pinterest

× How can I help you?